Selasa, 22 Oktober 2019

asal usul desa sindangjaya

Pada Masa  Jaya-jayanya Kerajaan Majapahit ada putra Mahkota dari kerajaan di Jawa Barat yaitu dari Krawang di utus untuk menghadap Raja di Majapahit dengan menunggang kuda.. Kuda tesebut diberi nama Jogor Suryadiningrat..

Konon sewaktu perjalanan melalui daerah Pegunungan dengan jalan setapak naik turun gunung sangat terjal, keluar masuk hutan belantara Sehingga perjalanan sementara ditunda . lalu Perjalanan beralih  menuju arah utara dan   mampir disebuah Desa yang disebut Peundeuy yang menurut cerita Desa ini adalah Desa Kolot penuh dengan mitos. Peradaban yang ada dimasyarakat banyak larangan – larangan atau banyak yang tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan istilah pamali ( larangan untuk dilaksanakan ).

Di Desa Peundeuy saat itu situasinya sangat dilematis, terutama masalah ketentraman, banyak masalah – masalah yang bermunculan. Namun Alhamdullilah Berkat Ridlo Alloh dengn kedatangan utusan tersebut Segala  Permasalahan  yang muncul di Desa Peundeuy dapat diselesaikan  secara arif dan bijaksana.Adapun pejalanan menuju Kerajaan Majapahit tertunda bahkan tidak kesampaian dikarenakan  singgah / mampir  di Desa Peundeuy bagian selatan.

Setelah beberapa tahun kemudian dengan pertimbangan yang sangat matang kemudian Beliau menentukan  Desa Peundeuy Dipecah menjadi dua Desa ,, Antara lain ; bagian utara menjadi Desa Pende dan bagian Selatan Menjadi  Desa Sindangjaya . Desa Pende memiliki  benda Pusaka Beunde yang digunakan untuk pemberitahuan kepada masyarakat dengan cara benda pusaka tersebut ditabuh oleh seorang Pamong Desa  / Kabayan keliling Desa untuk memberi tahu ada kepentingan yang perlu di reumbug di Desa.Sehingga Cikal bakal Desa Sindangjaya adalah Riwayat perjalanan Seorang utusan Putra Mahkota dari Kerajaan Krawang Jawa Barat menuju ke kerajaan Majahit terhenti karena ditengah – tengah perjalanan ada suatau permasalahan yang tiada henti – hentinya namun dapat diselesaikan oleh beliau sehingga masyarakat merasa  aman ,  tentram, damai..

Kemudian Beliau berembug  dengan leluhur – lehurur lainya, seperti Ada sesepuh dari Cirebon dipimpin Oleh seorang yang sakti mandraguna yaitu Ki Walangsungsang Kemudian  dengan Ki Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan.Atas seijiin Alloh SWT ,  Beliau sesepuh dari Cirebon dengan segala kelebihannya atau dengan kesaktiannya  membawa Sumur Bandung /Sumur Kejayaan dari Cirebon ke Desa Peundeuy bagian Selatan ( sekarang Desa Sindangjaya ). Sumur tersebut setelah diletakan di Desa Peundeuy bagian Selatan dan dibawah akar pohon Blendung maka sumur tersebut dikenal dengan sebutuan sumur Blendung, Sindang ( mampir/Sendang/Air dan Jaya artinya mendapatkan Kejayaan. Sendang ( Air) .

Didalam sumur blendung terkadang memperlihatkan atau muncul bermacam – macam jenis ular,  belut putih dan ada pula ikan gabus dan lain sebagainya;.

Pada saat bulan Syuro dan bulan Maulud terkadang ada pejiarah yang berdatangan ke Sumur Blendung. Mereka sengaja pada mandi dengan bunga tujuh rupa ada pula yang hanya ambil airnya untukdibawa dengan tujuan mencari kabarokahan dari Alloh SWT.

Sejak itu pula Sumur Blendung dikeramatkan Oleh Masyarakat sekitarnya sampai dengan sekarang Sumur Blendung terkenal dengan angkernya karena banyak dedemit dan penunggu – penunggunya termasuk menurut cerita rakyat ada kerajaan Jin dibawah pimpian Ki Kala Geni dan Ki Kala Godra , anak buahnya lebih dari tiga ratusan. Disitu ada baureksonya bernama Nyai Endangjaya  selalu memegang keris Pusaka Nogo Sosro Namun ada keyakinan dan kepercayaan dimasyarakat bahwa nyai Dewi Endangjaya adalahBunda Ayu Ratu Kidul. Sebagai Pengawalnya adalah Aki Cayan dan Ki Buyut Tuban. Di Desa Sindangjaya ada seorang Empu yang bernama Kigeude Supa ( Embah Buyut Sufa Rumbang ) sebagai Pendatang .Beliau sebagai pembuat keris –keris Pusaka atau benda – benda Pusaka.

Ada pula  beberapa baurekso di Sindangjaya termasuk diantaranya :  Embah Buyut Kaputihan Alias Eyang tunggal Jati Putih,,Kigeude Bodas Alias Embah Bao,, Raden Deuleus,, Pangeran Purbaya,, Eyang Rekso Negoro,, Raden Trenggono,, Eyang Joko Sengoro yang sekarang terkenal di Brebes dengan sebutan Ki Joko Poleng,, Raden Sutejo Alias  Ki Leja ,, Nyai Siti Asih,, Eyang Anggawana,,Kigeude Jagajaya, Eyang Emad ( Syeh Abdussomad Jombor ) , Mbah Mansoer alias Kigeude Mansyoeryeh Maulana Mansyoer;

Kigeude Jagajaya adalah anak cucu Eyang Sarmin yang berasal dari Kuningan Jawa Barat.Eyang Sarmin adalah Cucu Eyang Awangga / Dipati Kuningan , sehingga sampai sekarang Kultur,budaya,adat – istiadat di Desa Sindangjaya hampir mirip dengan daerah Kuningan bahkan bahasa keseharianyapun di Desa Sindangjaya memakai bahasa Sunda

Kemudian sesepuh dari Kuningan Jawa Barat yang dijuluki Eyang SARMIN memerintahkan kepada Bapak TAWAN untuk menjadi Kuwu ( Kepala Desa ) dan merupakan Kuwu pertama di Sindangjaya yang kemudian dikenal dengan Julukan / mendapatkan gelar JAGADIMERTA yang artinya  orang yang bisa menjaga masyarakat dengan kepiaweannya dan tentunya dengan teramat sakti mandraguna . Embah Tawan juga memiliki kuda yang masih keturunan / titisan kuda Jogor Suryadiningrat yang sewaktu – waktu kuda tersebut mampu di utus  membawa surat dari Kantor Kuwu diberikan kepada Demang di Kademangan ( Kecamatan ) maupaun ke kadipaten ( sekarang Kabupaten;

Di Desa Peundeuy ada pula kuda yang punya kemampuan / sangat sakti ,, namanya Kuda Weling yang ditunggangi Oleh Syeh Amangkuat I berasal dari Tegal. Pada tahun 1948 Desa Sindangjaya dan Desa Pende dihujani bom oleh Serdadu Belanda dari  Pesawat Udara, Namun dengan kesaktian Syeh Amangkurat I yang berkendaraan kuda weling bom – bom yang ditumpahkan dari atas,, ternyata tidak ada korban apapun, semuanya selamat dari serangan  bom,,bahkan rumah Pendudukpun tidak ada yang rusak,, hanya tanah – tanah pekarangan yang pada rusak. Itu semua berkat Karomah para Leluhur yang ada Di Sindangjaya Terlebih tentunya Berkat Perlindungan dan Rahmat Alloh SWT

Demikian Cerita singkat cikal – bakal / sejarah Desa Sindangjaya barangkali ada kekeliruan ,,kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena ini semua cerita rakyat secara turun temurun ,,,,untuk kebenarannya Walloohu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar