Hello guys, ketemu maning karo inyong wong brebes. Saiki
inyong pan cerita kyeh tentang sejarah atawa asal –usul desa sng ana neng
brebes. Desa ne arane desa sirampog. Kaya kiye kyeh ceritane
Katanya Sirampog
itu berasal dari dua kata, yaitu Siram
(Bhs. Jawa) yang artinya Mandi, dan Pog
(Pog-pogan/Bhs. Jawa) yang artinya terakhir. Jadi dari dua kata itu, bisa
diambil arti Sirampog artinya Mandi terakhir (mandinya orang mati), ceritanya
mungkin waktu itu yang mandi terakhir itu adalah orang yang berpengaruh di
wilayah tersebut. Sesepuh mungkin. Seperti itu katanya asal-muasal Sirampog.
Ada juga versi lain, katanya Sirampog itu dulunya
Perempatan Rusmen (Nama tempat) yang dijadikan tempat bertemunya para perampok
waktu jaman Penjajahan Belanda dari Kota Tegal. Mereka (para perampok)
berkumpul dan mengatur strategi perang kemerdekaan dalam bergerilya para
pejuang terdahulu, ribuan orang dari segala penjuru jateng kumpudi
Rusmen/Prapatan Sirampog (dari dulu sampai sekarang tempat ini jadi Pasar).
Begitu katanya sejarah nama Sirampog. Wah brarti kalau yang versi ini ada
benarnya ya yang mengarah pada konotasi Sirampog itu sebagai Perampok,
kumpulannya para Perampok. Hehehe
Ana maning cerita liane
Sirampog itu asal kata dari Siram (Mandi) dan Pog (terakhir). Jadi jaman dulunya Raden Arjuna (Raden Arjuna yg
mana lagi nih??) itu mandi terakhir setelah beristri yang ke sembilan di sumur
yang sekarang disebut Sumur Penganten di daerah Paingan. Terus Desa yang
dipakai untuk bertapa dinamai Pengasinan (tempat untuk mengasing).
Makanya di pengasinan itu ada sumber mata air yang namanya mata air
gunung wayang yaitu sebelah utaranya mata air kaligiri. (Perasaan gunung
wayang masih di Kaligiri deeh.. hehe).
Desa istri yang ke sembilan R. Arjuna dinamai
Cikembang (Air Kembang), Air yang dibawa dari sumur pengantin tadi. Suatu
ketika Arjuana tidak ingin istri2 tuanya menginjakkan kaki di Sirampog. Dia
lalu memberi batas dengan kali (sungai) yang dinamakan Kali pedes. Limbangan
itu artinya pendeman (pemakaman), ceritanya dulu tempat untuk memakamkan orang2
pribumi, yang jadi korbannya Belanda.
Salah benarnya tidak ada yang tau pasti. Tapi semua
sejarah babad tanah leluhur patut dijadikan kekayaan budaya…Apalagi asal-usul
dari daerah kita sendiri.
Nah sekian disit ceritane gampang dilanjutna maning ya
guys.
Aja klalen komentare ouh bro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar